kalo kata orang-orang yang kemaren sempet kerja bareng gue, mereka bilang, acara ini sih enggak gagal, buktinya mereka happy. Tapi gue ngerasa, kalo gue udah gagal jadi orang yg (seharusnya) bertanggung jawab atas keseluruhan acara ini.
Kisah ini terjadi kemarin (26/2) di villa multazam, dalam rangka perayaan ulang tahun GCUI. Secara kualitatif, acara yang direncanakan tuh berjalan, para pesertanya juga seneng dan menikmati acara ini. Padahal di balik itu semua, ada kegagalan yg seharusnya bisa gue cegah. Dari kegagalan itupun, gue mendapatkan pelajaran dalam kehidupan.
1. Jangan cepat percaya dengan orang lain
Kemaren, waktu H-1, jumlah pendaftar ada sekitar 75 orang, belum termasuk para wisudawan dan pembina (mas hendro+mas titos). Pada hari H, yang baru daftar on the spot ada sekitar 10 orang. Namun kenyataannya, yang hadir+wisudawan+pembina hanya berjumlah sekitar 50 orang. Ternyata, lebih dari setengah orang yang daftar itu hanyalah PHP, alias pemberi harapan paslu. gue udah ber-ekspektasi tinggi loh,,ternyataa..
Jadi, Jangan cepat percaya dengan orang laing
2. Boleh optimis, rencana cadangan pun tetap perlu
Ini nih salahnya gue, bener2 optimis kalo peserta bisa dateng dengan target 100 orang. Konsumsi pun sudah di pesan sebanyak 75% nya. Bahkan punya itung2an kalo acara ini bisa surplus kalo peserta dateng semua. Namun semua itu sirna dan musnah. Ternyata yg dateng meleset jauuh, dan akhirnya pun defisit. Serasa dapet 'tamparan' halus dari Allah nih. Gue bener2 terlalu optimis tanpa memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain..
FYI, gue sempet nangis loh begitu sadar tentang 'tamparan' ini. tapi ga lama kok, krna tangisan nya itu cuma untuk melampiaskan emosi aja, maklumlah,hehehe...
A Motherless Motherhood
-
Gonna miss this toothless smile
I learned from college that parenthood is one major moment in one’s life
that will change the person’s entire worldview. P...
3 bulan yang lalu
aaaaaaa semangat awheee :")
BalasHapus