Bersyukurlah, karena tidak semua orang bisa menunaikan kewajibannya dengan mudah.
* * *
Seorang sahabatku, sebut saja Mawar.Seorang yang cukup aktif di berbagai organisasi di kampus, seorang yang cukup mengetahui kemana dirinya harus melangkah dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat-pendapat orang lain yang akan menjatuhkan dirinya.
Kami bersahabat sejak awal perkuliahan dimulai. Ya, walaupun awalnya kami tidak terlalu dekat, dengan seringnya kami bertemu, kami pun menjadi teman yang akrab. Ditambah lagi, kami berada pada lingkaran yang sama, walaupun terkadang dia tak datang melingkar karena organisasi ataupun tugas kuliahnya.
Dia merupakan orang yang tomboy dan cenderung cuek. Ketika awal kami bertemupun, dia belum berhijab. Bahkan hingga kami lulus pun, dia menjadi satu-satunya orang yang belum berhijab dalam lingkaran kami.
Sebagai teman dekatnya, terkadang aku dan teman-teman lainnya, sering memikirkan bagaimana caranya agar ia mau mengenakan hijabnya. Kami sudah beberapa kali mengingatkan, namun dia merupakan orang yang kuat dengan pendiriannya. Saat itu, dia masih merasa amal yang dia perbuat belum cukup baik, sehingga ia belum mau mengenakan hijab.
Berbagai pendekatan pun telah kami lakukan. Namun, karena Allah yang Maha Membolak-balikkan hati, kamipun akhirnya tinggal berdoa. Kami sudah bingung harus berbuat apa, karena dia terlalu kuat dengan pendiriannya.Hingga akhirnya, kamipun lulus dan kembali ke kota kami masing-masing.
Tak lama setelah kami lulus, aku mengikuti launching buku 'yuk berhijab' oleh felix siauw. Saat itu, aku datang bersama kedua adikku. Karena masing-masing dari kami mendapatkan satu buku, kami akhirnya memiliki 3 buah buku yang sama. Aku ingin memberikan buku tersebut ke Mawar. Aku pun meminta alamat rumahnya dan mengirimkan buku tersebut beserta sepucuk surat ke rumahnya. Aku juga berdoa, semoga ini bisa menjadi salah satu jalan agar Allah memberikan hidayah kepada Mawar.
Sekitar 2 atau 3 bulan setelah aku mengirimkan buku tersebut Mawar menghubungiku via whatsapp.
We, mulai besok gue Insya Allah udah berhijab. Terima kasih ya.Hanya beberapa kata, namun sangat membuatku senang. Alhamdulillah ya Allah, akhirnya engkau memberikan petunjuk kepadanya. Semoga dia istiqomah menjalankannya.
* * *
Empat bulan setelah ia berhijab, aku dipertemukan kembali dengannnya pada acara pernikahan sahabat kami. Sambil menunggu acaranya dimulai, kamipun saling bercerita. Hingga akhirnya, dia bercerita tentang proses dia berhijab.'We, tau ga sih? Awalnya ortu gue ga setuju loh kalo gue berhijab'
'Loh, kenapa?'
'Iya, jadi kan keluarga gue emang ga punya background yang agamis banget. Jadi ya sayang aja kalo gue udah berhijab di usia semuda ini. Bokap gue khawatir kalo ntar gue susah dapet kerja atau gimana-gimana'
'Trus?'
'Ya kan di buku yang lo kasih juga udah dijelasin kalo berhijab itu wajib. Sama kaya sholat 5 waktu, itukan wajib juga. Nah, pas ngomong lagi sama Bokap, gue bilang deh ke bokap gue, "kalo papa ngelarang aku berhijab, itu sama aja papa ngelarang aku sholat, Pa" akhirnya dengan kata kunci kaya gitu, Bokap gue pun akhirnya ngebolehin gue untuk berhijab'
'Begitu akhirnya lo berhijab, bokap lo gimana?'
'Ya, mungkin karena Bokap pun ngeliat gue berhijabnya dengan benar dan ga aneh-aneh kaya diputer-puter atau dililit-lilit gitu. Bokap gue pun akhirnya biasa aja. Ga ngelarang-ngelarang juga, ga komen yang aneh-aneh juga'
'Alhamdulillah deh kalo gitu'
'Eh iya, tau ga, Nyokap gue sempet marah sama lo loh, We?
'Marah sama gue? emang kenapa?'
'Iya, kan lo ngirimin buku itu ke rumah gue. Nyokap gue sempet ngerasa sebel gitu sama lo, kenapa lo ngirimnya ke rumah gue? Nyokap gue ngerasa di-judge kalo dia ga bisa ngajarin anaknya'
'Ya ampun. Gue ga maksud gitu kok, Mawar'
'Iya, We. Gue tau kok. Makanya gue juga udah jelasin ke Nyokap gue kalo lo ga kaya gitu. Akhirnya Nyokap gue udah gapapa kok'
'Kalo sekarang, Nyokap lo gimana?'
'Alhamdulillah, Nyokap gue baik-baik aja. Bahkan sekarang, Nyokap gue udah mulai mengulurkan kerudungnya. Kata nyokap gue, "Masa mama kalah sama anaknya yang kerudungnya nutupin dada gitu". Alhamdulillah,We, perubahan dari diri gue, secara ga langsung mengubah Nyokap gue juga.'
'Wah, hebat tuh'
'Iya, We. Sekarang itu, gue udah ga khawatir lagi kalo mau keluar pake baju apa. Dulu tuh, gue suka mempertimbangkan apa kata orang nanti kalo gue pake baju begini begitu. Sekarang, apapun yang gue pake, karena gue melakukannya karena Allah, ya gue jadi nyantai aja. Terserah deh orang mau bilang gue sok alim atau apapun. Yang penting gue udah melakukan kewajiban gue sebagai seorang Muslimah. Makasih ya, We'
'Sama-sama, Mawar'
Kamipun berpelukan, sebelum akhirnya acara penrikahan sahabat kami dimulai
* * *
Sepulang dari acara itu, aku pun sempat menangis. Entah apa yang sebenarnya aku rasa saat itu, namun air mata itu tetap mengalir. Aku merasa sangat beruntung dan bersyukur memiliki orang tua yang mendukung penuh anaknya untuk berhijab. Aku terharu mendengar cerita perjuangan Mawar agar bisa berhijab. Aku pun bahagia, karena Mawar berhasil menghadapi semua rintangan-rintangan tersebut. Semoga engkau tetap istiqomah ya, Mawar