Setelah sekian lama saya mengamati kehidupan sekitar, terkadang saya merasa miris tentang tingkat kecerdasan orang-orang di Negeri ini, khususnya masyarakat Jadebotabek. Cerdas loh ya, bukan pinter.
Saya terbiasa mendengar opini tentang betapa pentingnya pendidikan dan biasanya berujung pada manfaat untuk bangsa dan negara. Terdengar sangat bagus, namun ternyata cukup abstrak untuk diterapkan.
Seberapa penting sih pendidikan itu? Manfaat seperti apa yang bisa diberikan kepada bangsa dan negara?
Terkesan WOW banget ya..
Sepengamatan saya, pendidikan di Indonesia (sejauh yang saya terima selama ini) masih berbasis calistung (baca, tulis, hitung) dan berbasis keuntungan (berapa banyak gaji yang bisa didapat). Dan saya pun masih belum menemukan manfaat apa yang bisa diberikan kepada bangsa dan negara.
Sepertinya benar, negara ini kekurangan pendidikan karakter. Sehingga sampai saat ini banyak orang pintar, namun kurang cerdas dalam bertingkah laku. Entah siapa yang bertanggung jawab atas ini. Para guru kah? Para orang tua? atau mungkin pemerintah?
Bahkan dalam hal yang sangat kecil dan (seharusnya) fundamental-membuang sampah pada tempatnya-sangat sulit untuk diterapkan.
Banyak hal miris yang bisa ditemui di sekitar kita:
Anda mungkin sering menemukan mobil-mobil bagus yang dikendarai dengan jendela mobil terbuka, karena manusia-manusia di dalamnya sedang asik menikmati berbatang-batang rokok. Bahkan akhirnya, puntung rokok tersebut dilempar begitu saja ke jalan yang sedang dilewatinya. Saya pun langsung teringat para tukang becak, tukang gerobak dan tukang-tukang lainnya. Mereka juga suka melakukan hal itu sih. Tapi, sepertinya penumpang di dalam mobil itu lebih berpendidikan dibandingkan para tukang yang saya sebutkan tadi.
atau...
Mungkin anda juga bisa menemukan mobil yang sedang dikendarai, tiba-tiba menepi sebentar hanya untuk membuang sampah ke pinggir jalan melalui jendela mobilnya. Parahnya, sampah yang dibuang pun bukan sembarangan sampah. Sampah tersebut merupakan sebuah dus bekas kemasan donat yang terkenal dengan harganya yang cukup mahal. Bayangkan deh, orang yang mampu mengendarai mobil dan mengonsumsi makanan yang terkenal mahal itu, kayanya agak sulit untuk dikategorikan sebagai orang tidak berpendidikan.
Aneh kan ya?
Mereka sebenarnya berpendidikan, tapi sayangnya kurang cerdas dalam menjalani kehidupannya. Bahkan mereka pun tidak sadar bahwa perilaku mereka tersebut bisa menciptakan banjir. Jelas sekali mereka tidak terganggu dengan masalah banjir, bahkan saya tak yakin mereka merasakan gangguan akibat banjir. Mereka bisa membeli rumah yang bebas banjir kan?
Sayangnya, masyarakat kita masih banyak yang ego-sentris, memikirkan diri sendiri. Masih mempertimbangkan keuntungan yang bisa didapat untuk diri sendiri jika ingin melakukan sesuatu.
Bagaimana dengan kita?
Bagaimana kita menyikapi kejadian ini?
Cukup Cerdaskah?